Ngobrol Panas - Pawang Hujan Menuai Kontroversi di Kolombia Penggunaan pawang hujan pada penutupan Piala Dunia FIFA U-20 di Kolombia tahun lalu menuai kontroversi. Pengadilan Kolombia saat ini tengah menyelidiki pentingnya pawang hujan di tengah anggaran Piala Dunia yang membengkak.
Menurut undang-undang Kolombia, setiap uang negara yang digunakan untuk sebuah acara harus dikeluarkan secara efisien dan profesional. Pawang hujan dianggap menghamburkan uang negara karena dinilai tidak masuk akal.
"Kami akan menanyai dalam situasi apa, bagaimana, dan di mana dia dapat menghentikan hujan," kata kepala penyidik Juan Carlos Forero.
Sementara itu, panitia penyelenggara mempertahankan keputusan mereka dalam menyewa Gonzales. Mereka mengatakan, peran Gonzales sangat penting, buktinya saat penyelenggaraan tidak turun hujan sama sekali.
"Kalau saat itu hujan, upacara penutupan tak akan berjalan. Hujan memang tidak turun, acaranya sukses, dan saya akan memanggil Gonzales lagi jika memang diperlukan," kata Ana Marta de Pizarro, salah satu panitia.
Pizarro menambahkan, jasa Gonzales sebelumnya juga digunakan dalam Festival Teater Internasional Bogota. Dalam sebuah wawancara, Gonzales juga mengaku kalau ia pernah disewa pada pelantikan Presiden Juan Manuel Santos.
Pihak kepresidenan sendiri tidak memberi komentar atas pengakuan Gonzales. Namun, pria 64 tahun ini menegaskan kalau dia bukanlah pawang hujan sebagaimana julukan yang diberikan media padanya.
"Saya bukan suku asli Kolombia, jadi jangan sebut saya pawang hujan atau dukun karena saya tak tahu apa artinya itu. Saya juga bukan penyihir," ungkapnya.
Gonzales mengatakan, selain merapal doa, dia juga mencegah hujan dengan melakukan dowsing, atau mendeteksi sumber air dengan menggunakan besi atau kayu.
Seperti diberitakan BBC, Rabu 18 Januari 2011, panitia penyelenggara membayar pawang hujan Jorge Elias Gonzales US$2.000 atau sekitar Rp18 juta. Tim penyelidik mempertanyakan efektifnya peran pawang hujan di tengah membengkaknya anggaran hingga lebih dari US1 juta (Rp9 miliar).
Menurut undang-undang Kolombia, setiap uang negara yang digunakan untuk sebuah acara harus dikeluarkan secara efisien dan profesional. Pawang hujan dianggap menghamburkan uang negara karena dinilai tidak masuk akal.
"Kami akan menanyai dalam situasi apa, bagaimana, dan di mana dia dapat menghentikan hujan," kata kepala penyidik Juan Carlos Forero.
Sementara itu, panitia penyelenggara mempertahankan keputusan mereka dalam menyewa Gonzales. Mereka mengatakan, peran Gonzales sangat penting, buktinya saat penyelenggaraan tidak turun hujan sama sekali.
"Kalau saat itu hujan, upacara penutupan tak akan berjalan. Hujan memang tidak turun, acaranya sukses, dan saya akan memanggil Gonzales lagi jika memang diperlukan," kata Ana Marta de Pizarro, salah satu panitia.
Pizarro menambahkan, jasa Gonzales sebelumnya juga digunakan dalam Festival Teater Internasional Bogota. Dalam sebuah wawancara, Gonzales juga mengaku kalau ia pernah disewa pada pelantikan Presiden Juan Manuel Santos.
Pihak kepresidenan sendiri tidak memberi komentar atas pengakuan Gonzales. Namun, pria 64 tahun ini menegaskan kalau dia bukanlah pawang hujan sebagaimana julukan yang diberikan media padanya.
"Saya bukan suku asli Kolombia, jadi jangan sebut saya pawang hujan atau dukun karena saya tak tahu apa artinya itu. Saya juga bukan penyihir," ungkapnya.
Gonzales mengatakan, selain merapal doa, dia juga mencegah hujan dengan melakukan dowsing, atau mendeteksi sumber air dengan menggunakan besi atau kayu.
Pawang Hujan Menuai Kontroversi di Kolombia
Tag :
Last News,
Serba-serbi
Komentar Facebook
0 Komentar untuk "Pawang Hujan Menuai Kontroversi di Kolombia"